Batang Hari- Netizenjambi.com- Masyarakat Kecewa atas tindakan yang diduga dilakukan oleh seorang oknum Da’i yang sengaja diduga telah melakukan Aktivitas Penambangan Emas Tampa Izin (PETI) yang berada di Desa Olak Kemang, Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kabupaten Batang Hari, Da’i yang selama ini dikenal sebagai pembimbing umat justru diduga terlibat dalam aktivitas penambangan emas tampa izin (PETI). Diketahui lokasi yang menjadi tempat Kegiatan aktivitas penambangan emas ilegal tampa izin ini dilokasi persawahan Desa Olak Kemang dan Desa Tebing Tinggi sendiri sudah lama menjadi masalah serius. Selain menimbulkan pencemaran sungai dan merusak persawahan, aktivitas ini juga menyebabkan rusaknya lahan pertanian dan mengancam kehidupan warga di sekitar aliran sungai. Senin (13/10/2025).
Informasi yang beredar menyebutkan, bahwa oknum Da’i tersebut kerap terlihat berada di area penambangan emas ilegal dan bekerja, bersama beberapa pekerja. Aktivitas itu menimbulkan kekecewaan mendalam di kalangan warga, sebab perbuatan tersebut tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga mencoreng nama baik agama dan profesi dakwah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami benar-benar kecewa. Sosok yang seharusnya menjadi panutan malah ikut merusak lingkungan dengan cara menambang emas ilegal. Ini sangat memalukan bagi umat,” ujar salah seorang warga ola kemang yang enggan disebutkan namanya.
Tindakan penambangan ilegal atau dompeng jelas menimbulkan kerusakan alam, seperti tercemarnya air sungai, rusaknya ekosistem ikan, dan hilangnya kesuburan tanah. Dalam pandangan Islam, perbuatan semacam ini sangat dikecam karena termasuk bentuk fasad fil-ardh (kerusakan di muka bumi).
Sebagaimana dijelaskan dalam UU Setiap orang yang melakukan penambangan tanpa izin akan dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Pasal 55 dan/atau 56 KUHP: Jika pelaku melakukan tindak pidana dengan bersama-sama atau membantu melancarkan suatu aksi kejahatan, akan diberikan sangsi pidana sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman Surah Al-A’raf ayat 56:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya.”
Ayat ini dengan tegas melarang manusia merusak bumi setelah Allah menjadikannya baik dan seimbang. Termasuk di dalamnya adalah penambangan tanpa izin yang merusak sungai dan tanah.
Begitu pula dalam Surah Ar-Rum ayat 41, Allah mengingatkan:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia.”
Ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan seperti pencemaran air, rusaknya ekosistem, dan gundulnya hutan adalah akibat dari keserakahan manusia yang tidak lagi menjaga amanah Allah terhadap bumi.
Islam menegaskan bahwa setiap manusia adalah khalifah di bumi, bertugas menjaga, bukan menghancurkan. Karena itu, seorang Da’i yang seharusnya menyeru kepada kebaikan justru memiliki tanggung jawab moral lebih besar untuk menjadi contoh dalam menjaga alam.
Warga Minta Aparat Bertindak Tegas
Selain kecewa, masyarakat juga meminta agar pihak kepolisian dan Kementerian Agama Kabupaten Batanghari turun tangan mengusut tuntas dugaan ini. Mereka khawatir jika tidak segera ditindak, tindakan tersebut bisa menular dan merusak kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keagamaan.
“Kalau dibiarkan, nanti masyarakat bisa berpikir bahwa tidak apa-apa ikut dompeng asalkan ada alasan ekonomi. Padahal, ini jelas-jelas melanggar hukum dan dosa besar di sisi Allah,” ujar salah satu tokoh masyarakat.
Selain itu tokoh masyarakat lainnya juga menambahkan, tindakan oknum Da’i tersebut bukan hanya mencoreng agama, tetapi juga bertentangan dengan amanah dakwah.
“Seorang Da’i harus mengajarkan umat agar taat pada aturan, menjaga lingkungan, dan takut pada dosa. Kalau justru ikut merusak alam, bagaimana masyarakat mau meneladani,” ucapnya.
Ajakan untuk Kembali ke Jalan yang Benar
Al-Qur’an juga menegaskan dalam Surah Ar-Rum ayat 41 bahwa Allah menimpakan akibat kerusakan agar manusia “kembali ke jalan yang benar”. Untuk itu warga berharap agar oknum Da’i tersebut segera bertaubat dan menghentikan aktivitasnya.