Netizenjambi.com, Desa Peninjauan dahulu kala disebut dengan Kampung Peninjau yang juga disebut dengan kata tinjau di saat itu. Diketahui Desa Peninjauan yang terletak di Kabupaten Batang Hari di bagian Barat yang berbatasan langsung dengan Desa Tuo Ilir Kabupaten Tebo sekaligus menjadi tapal batas antara Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Tebo.
Konon, Desa Peninjauan disebut Kampung Palembang Mudo yang terletak dibagian Utara tepatnya dibagian Timur Sungai Geger, dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman satu demi satu kepala keluarga mulai berpindah dengan cara membuat ladang pertanian untuk bercocok tanam tenaman padi jagung dan yang lainnya, sehingga lama kelamaan terbentuklah suatu perkampungan yang dinamakan kampung Tinjau, atau disebut dengan Kampung Peninjau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan berjalan pesatnya roda ke-pemerintahan nama Desapun mulai ditetapkan menjadi Desa Peninjauan yang terletak di Kecamatan Maro Sebo Ulu Kabupaten Batang Hari.
Juga terdapat beberapa tempat bersejarah peninggalan zaman kerajaan Sultan Thaha Jambi, juga terdapat makam yang berukuran panjang kisaran 12 meter yang sampai saat ini masih diabadikan oleh masyarakat setempat mengunjungi makam tersebut bahkan sudah menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya, ketika hari raya Idul Fitri dengan bersama-sama toko pemerintahan dan toko masyarakat berziarah kemakam dengan cara membersihkan makam tersebut dan membacakan surat Yasin Qulhu dan Tahlil agar arwahnya mendapatkan tempat yang layak disisi Allah SWT, makam tersebut sejak dahulu sudah dianggap makam keramat oleh masyarakat setempat.
Diketahui kedua makam yang berukuran panjang 12 meter tersebut atasnama; Kyai H. Abdullah dan Kyai H. Sobran yang keduanya berasal dari Desa Tanjung Samalidu Kabupaten Tebo, Sekaligus orang yang pertama kali mendirikan Desa Peninjauan dan penyebaran ajaran agama Islam diwaktu itu.
“Menurut sejarah Kyai H. Abdullah dan Kyai H. Sobran berasal dari keturunan orang Arab yang mempunyai postur tubuh yang sangat besar dan panjang hingga mencapai 12 meter, ia menganut agama Islam sekaligus penyebaran ajaran agama islam dimasa itu, keberadaan makam keramat tersebut sejak tahun (1301) Mashi hingga kini, umur makam tersebut sudah mencapai 724 tahun atau sama dengan 7 abad lebih, “Jelas Toko Adat M.Kailani 25 April 2023.

Pada masa kerajaan Sultan Tahah Jambi, Desa Peninjauan dihunihi oleh salah satu kerajaan yang bernama Raja Lima yang saat itu beliau cukup banyak dikaruniai anak perempuan yang begitu cantik dan menawan yang disebut putri raja. Raja Lima juga termasuk dari golongan raja Sultan Tahah Jambi.
“Konon, banyak para raja yang dari luar wilayah pada berdatangan untuk meninjau dan berkunjung ke desa peninjauan guna untuk melihat keberadaan Putri Raja yang katanya cukup cantik dan menawan, namun perjuangan para raja yang dari luar wilayah tersebut hanya sia-sia, karena tidak satu pun putri raja yang terlihat, lantaran tertutup dan terlindung oleh tabir sungai, konon, banyak orang-orang sakti mandraguna, hingga kini sungai yang dimaksud sebagai tempat pelindung para putri raja masih terlihat utuh dan sempurna yang diberinama, Sungai Tabir yang terletak disebrang desa peninjauan dibagian barat”.
“Dahulu juga terdapat makam putri raja, yang bernama Salaro Pinang Masak dan makam Bujang Malapangi, posisi makam tersebut terletak di Muaro Sungai Tabir, yang bersebrangan Sungai, konon batu nisannya mengikuti aliran air sungai tabir, jika aliran air sungai tabir mulai turun batu nisanpun ikut turun, jika aliran air sungai tabir mulai naik batu nisanpun ikut naik”.
“Dizaman penjajahan klonel Belanda juga terdapat satu pucuk senjata jenis meriam yang dijadikan masyarakat setempat untuk peralatan mengusir musuh yang datang dari luar wilayah, diketahui senjata jenis meriam tersebut juga salah satu senjata ampuh peninggalan raja Sultan Tahah Jambi sejak tahun 1970, namun pada tahun 1990 senjata tersebut menghilang entah kemana bagaikan misteri, masyarakat setempat pun sudah berupayah mencari keberadaannya namun tidak satupun yang bisa menemukan keberadaannya”. tutur Toko Adat M.Kailani.
(Penulis M.Rian)